Keponih.com – Membaca lagi buku lama yang pernah dibaca tidak menghilangkan keseruannya bagi saya, di beberapa bagian terasa diingatkan bahwa pernah membaca part itu tapi di bagian lain masih seperti kali pertama membaca buku tersebut, pun di halaman tertentu dibuat membaca 2-3 kali ketika menemukan yang menarik, menuliskannya di note sebagai quote yang menarik atau menandainya dengan stabilo. Menyenangkan sekali. Adalah The Architecture Of Love karya Kak Ika Natassa, saya lupa kapan pertama kali membacanya dan saya baca lagi kemarin, di akhir bulan Oktober 2023.
Table of Contents
Buku The Architecture of Love
Twitter polling dimanfaatkan dengan baik oleh Kak Ika Natassa dalam meramu cerita, di setiap Pollstory, kak Ika selalu mengajak netizen untuk menentukan alur episode yang akan datang, jadi keseruan tersendiri bagi saya saat itu. Maka ketika rampung dalam sebuah buku, tak ingin begitu saja melewatkannya. Berikut informasi buku The Architecture of Love:
- Judul : The Architecture Of Love
- Penulis : Ika Natassa
- Penerbit : Gramedia Pustaka Indonesia
- Tahun : 2016
- Tebal Buku : 304 halaman (20cm)
- ISBN : 978-602-03-2926-0
Review Buku The Architecture Of Love (TAOL)
Banyak sekali film berlatar kota New York, namun membaca buku dengan latar cerita New York adalah hal lain. Adalah Raia seorang penulis yang mengejar inspirasi hingga ke Gotham City alias New York, mengalami writers block dan membuatnya “menumpang” di apartemen milik temannya bernama Erin. Bukan tanpa alasan Raia kehilangan muse ini, urusan pribadi menjadi penyebabnya, lebih tepatnya karena perceraiannya dengan suaminya bernama Alam. Raia menjadikan setiap sudut NYC sebagai tempat ngantor, menyusuri Brooklyn hingga Queens namun sayang, tak ada satu kalimatpun yang mampu ia tuangkan.
Kebuntuan itu berubah kala ia bertemu dengan River (namanya unik ya) yang juga punya rahasia. Bermula dari sebuah pesta tahun baru yang riuh, di sanalah ia bertemu dengan River. Matanya keduanya beradu dalam gelap, lelaki pendiam dengan sorot mata tajam yang tengah asik menggambar di ruangan yang gelap, kesamaan keduanya adalah : tidak suka pesta. Dengan sneaker cokelat dan beanie abu-abu serta kaus kaki berwarna hijau yang ternyata punya cerita mendalam di masa lalu.
“Patah hati tidak akan pernah jadi lebih gampang walau sudah dialami berkali-kali, tidak akan pernah jadi berkurang sakitnya.” (Hal. 225)
“Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk mempertemukan dan memisahkan, menjauhkan dan mendekatkan, yang tidak pernah bisa kita duga-duga.” (Hal. 65)
Dalam kisahnya, Raia dan River kemudian sering berjalan bersama dengan tujuan sama-sama mencari inspirasi. Keduanya menyusuri bagian-bagian kota di New York seperti Grand Central, ke Flatiron Building, Paley Park sampai menikmati burger Shake Shack di Madison Square Park. “Setiap bangunan punya cerita” begitu yang diyakini oleh River, keduanya memang menjadi dekat setelah itu.
Gemas sekali membaca buku TAOL ini, gemas karena dalam ceritanya keduanya sebenarnya saling merindu tapi saling diam. Dibuat tak bisa berhenti membaca karena penuturan kak Ika Natassa pada detail tempat membuat saya merasa ikut dalam setiap langkah Raia dan River, belum lagi rasa penasaran pada River yang sampai pergi ke New York untuk menyendiri, pokoknya emang harus baca sendiri, dada kita pun dibuat naik turun ikut deg-degan dengan rahasia-rahasianya.
Oya di buku ini juga banyak kalimat – kalimat campuran bahasa inggris ya, menyesuaikan juga dengan latar tempat, suka banget! Terasa begitu nyata. Mulai dari cerita, latar hingga hal-hal detail lainnya, membaca buku ini dua kali pun tak terasa membosankan, saya suka! Biasanya saya ga suka novel cinta yang menye-menye, tapi percayalah bahwa buku ini begitu worth it untuk dibaca, bukan hanya tentang jatuh cinta tapi juga tentang mengobati diri sendiri, menerima masa lalu dan usaha move on untuk bisa berbahagia lagi. Baca deh!
Quote dari The Architecture Of Love karya Ika Natassa
Oia, seperti bisa saya mau menuliskan beberapa quote bagus dari bukunya ya:
“People say that you will never know the value of a moment until it become a memory.” (Hal. 66)
“Laughing is always liberating. And laughing with someone is always healing, somehow.” (Hal. 85)
“Banyak masalah hidup, terlalu banyak malah, yang tidak dapat diselesaikan secepat membuat mi instan, sama seperti banyak kebahagiaan yang mustahil dikejar seringkas memasak mi seharga dua ribu rupiah ini.” (Hal. 143)
“Banyak hal-hal paling pedih dalam hidup justru hal-hal yang tidak bisa terjadi. Cinta yang tak terucap, permintaan maaf yang tak terlafalkan, pelukan yang tidak dapat dihantarkan, dan rindu yang tidak dapat disampaikan.” (Hal. 212)
“Orang-orang bilang, siapa pun yang kita ingat pertama kali ketika ingin berbagi berita bahagia, bisa jadi sesungguhnya adalah orang yang paling penting dalam hidup kita tanpa kita sadari.” (Hal. 266)
“Cinta memang terlalu penting untuk diserahkan pada takdir, tapi segigih apa pun kita memperjuangkan, tidak ada yang bisa melawan takdir.” (Hal. 270)
” Tahu masalah utama perempuan? bukan berat badan, bukan make up, bukan jewarat, fuck any of those shit semua ada obatnya. Tapi tahu yang ga ada obatnya? Semua perempuan selalu jadi gampangan di depan laki-laki yang sudah terlanjut dia sayang. Bukan gampangan dalam hal seks ya maksud gue, tapi jadi gampang memaafkan, gampang menerima ajakan, bahkan kadang jadi gampang percaya” (Hal 164-165)
304 halaman buku TAOL ini habis dalam sekali duduk, Kak Ika Natassa selalu berhasil dalam meramu cerita memang.
Tertarik membacanya juga? Oya btw ternyata tahun 2024 nanti akan tayang versi filmnya dengan pemeran utama Nicholas Saputra dan Putri Marino, ga sabar deh nonton filmya!