Keponih.com – Rumah adalah tempat ternyaman, saya yakin kalian pasti setuju sejak pandemi melanda dan kita di rumah selalu. Maka, saat aturan mulai longgar, hampir semua orang ingin membawa anggota keluarga keluar. Berjumpa dengan dunia luar, terlebih saat kamu adalah seorang Ibu, tentu ingin terus membawa anak-anak melihat hal baru.
Table of Contents
Pantai dan Laut Pertama Bagi Elvira
Bagaimana menjelaskan tentang laut pada anak yang hanya tau nya balong dan kolam renang. Melihat pantai dan laut dari layar kaca tentu berbeda rasanya dengan nyata. Aroma laut yang khas, angin laut yang berhembus menyapa anak rambut dan mata yang menengadah ke atas menikmati langit yang luas, tak ada obat dan tak ada kata yang jelas bisa menggambarkannya.
Saya dan Papi selalu suka laut. Sejak laut pertama kami bersama belasan tahun silam yang di atasnya menyala petasan dan kembang api. Sejak saat itu, tangan kami selalu bergandengan. Saya dan Papi selalu suka laut, sejak laut pertama yang kami jejaki demi pekerjaan memotret romansa pasangan lain dan pulang dengan hati bahagia karena potret – potret yang begitu sempurna, dipadu dengan pundi-pundi yang terkumpul ada. Saya dan Papi makin suka laut, sejak laut pertama di luar pulau jawa yang kami nikmati di pagi hari, saat itu pantai Bali.
Rindu laut itu tak pernah padam. Makin menyala saat pandemi ada, tapi kondisi tak boleh dilawan. Ditambah Saya dan Papi taat aturan, di rumah aja. Terakhir menjejak pantai dan mencium aroma laut adalah 7 tahun silam. Setelah itu kami tenggelam, Bandung yang cukup jauh dari pantai juga padatnya jadwal pekerjaan membuat kami mengubur sementara kerinduan, akan pantai dan laut.
Halo Pantai Pangandaran
6 jam dari Bandung menuju Pantai Pangandaran, excited bukan kepalang. Tak hanya dua bocah yang tak sabar berpetualang, saya dan Papi juga ingin menikmati liburan yang tak hanya bayang-bayang. Sebelumnya, saya dan Papi sudah hunting penginapan, yang nyaman dan dekat dari pantai Pangandaran. Tak seperti ala backpackeran dulu, kini semua direncanakan dulu.
Memilih Tempat menginap di Pangandaran untuk Liburan yang Nyaman
Aplikasi biru dengan icon Burung Godwit adalah andalan saya dan Papi ketika bepergian. Kemudahan demi kemudahan kami temukan untuk urusan pekerjaan, dan kali ini untuk urusan liburan. Dalam beberapa kali klik saja, kami sudah menemukan banyak rekomendasi hotel yang berada di sekitar Pantai, Traveloka emang jadi andalan.
Alasan kami memilih hotel di sekitar pantai adalah untuk urusan mobilitas, kendati kami membawa kendaraan ke Pangandaran, tapi kami sudah membayangkan bisa bolak balik pantai dan hotel sesering mungkin karena jalan kaki. Dan karena biasanya daerah sekitar pantai banyak pedagang dan hiburan, ini sangat membantu bagi kami yang bepergian bersama anak-anak.
Untuk di Pangandaran ini, kami memilih menginap di Nyiur Hotel, letaknya dekat dengan pantai. Jika ingin ke Pantai, bisa dengan berjalan kaki saja, lalu di bagian samping hotel terdapat pancuran untuk membilas sebelum masuk ke area hotel, rekomen sekali dan senang sekali menemukan hotel ini di aplikasi Traveloka.
Itinerary 3 Hari 2 Malam di Pangandaran
Hari pertama
Kami memacu mobil dari Bandung sejak pagi, selepas sarapan kami berangkat dengan persiapan – persiapan. Mulai dari makanan, minuman hingga pakaian. Kurang lebih 6 jam kemudian kami sampai, aroma laut sudah tercium. Sayup-sayup ombak membuat hati seketika hingar bingar, kami sudah dekat.
Melipir ke pantai timur, di merupakan kawasan banyak resto dan tempat makan. Terlalu siang untuk makan siang, tapi terlalu cepat untuk makan malam, tapi tentu saja selalu ada tempat bagi seafood. Nyam! Makan di Karyalaksana yang menu seafoodnya lengkap serta tempatnya luas dan nyaman bagi kamu yang membawa keluarga jalan-jalan.
Setelahnya, mampir ke pantai Barat tempat yang dekat dengan hotel tempat kami menginap. Pasirnya hitam dan lembut, di sini lah kali pertama saya melihat Yaya bertemu dengan laut. Menjerit kesenangan, dengan senyum lebar di tengah rambut yang berantakan tertiup angin sore yang cukup kencang. Lelah perjalanan terasa terbayar sudah melihat kedua anak kami begitu berbinar memandang laut, menghampiri saat ombak kembali ke laut, dan berlari saat ombak mengejar ke pinggir pantai.
Sampai senja menunggu matahari pulang ke peraduannya. Kami duduk tanpa peduli dengan celana yang mulai basah dan berpasir. Duduk berempat menikmati aroma pantai yang khas dan sulit sekali dijelaskan. Sambil berkata pada si sulung “beginilah aroma laut, khas sekali sulit ya dijelaskan” ia mengangguk tanda setuju. “aku akan ingat aroma laut ini mami” begitu katanya.
Setelah hari mulai gelap, kami pergi menuju hotel. Menaiki mobil sekaligus memarkirnya di halaman parkir hotel, dekat sekali kami dengan laut. Bahagianya, terima kasih Traveloka yang membantu kami menemukan tempat bermalam yang indah.
Hari Kedua di Pangandaran
Saya memutuskan membeli paket body rafting di Santirah untuk hari kedua ini Mudah. dan harganya terbilang cukup murah. Pagi hari, kami sudah bangun dan menikmati sarapan yang sudah disediakan pihak hotel. Sarapan digelar di area cafe yang berhadapan dengan kolam renang.
Segera bergegas main pasir setelahnya, sekitar pukul 11.00 barulah kami berangkat menuju Santirah Body Rafting. Jarak tempuhnya sekitar 1 jam dengan mobil menuju ke sana, dipandu dengan maps dan chat dari pihak Tour, senang sekali kami disambut dengan sangat baik. Saat sampai, kemudian kami mengobrol sebentar dan segera menuju ke titik body rafting.
Santirah Body Rafting Pangandaran
Kami diminta menggunakan pelampung dan helm demi keamanan, kami juga dipinjamkan sepatu khusus. Setelahnya pemandu memberikan pengarahan mengenai jalur air yang akan dilalui sekaligus memberikan arahan posisi dan sikap tubuh selama body rafting demi keamanan. Kami berempat ditambah dengan pemandu bernama kang Ilham. Siap – siap bersenang-senang.
Fyi, body rafting di Santirah ini dikatakan yang paling aman. Bahkan anak 2 tahun saja sudah bisa ikut, trek airnya sekitar 1 km dengan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Wah membayangkannya saja, ngeri-ngeri sedap sih sebenarnya. Vira yang saat itu berumur 4 dipangku oleh Papi, Elvio anak pertama saya berada di paling depan. Sementara saya berada di tengah. Kami tiduran di atas ban karet secara paralel, dengan kaki saling menjepit satu sama lain. Saling menjaga sedangkan kang Ilham mobile, dan lebih sering berada di belakang.
Jadi pengalaman baru bagi kami. Ternyata body rafting segitu serunya, sesekali kami berhenti untuk mengambil foto. Sesekali diminta untuk berenang-renang dengan bahagia. Salah satu yang paling menantang adalah saat kami melewati goa dengan panjang 100 meter, gelap gulita dengan air yang lebih dingin dari di luar. Serem sekaligus excited, kalian harus coba sendiri!
Elvio, anak sulung kami lah yang paling menikmati selama activity ini.
Air sungai di kawasan Santirah ini begitu jernih. Beberapa kering mungkin saja ditemukan saat kita berenang-renang, arusnya tak terlalu deras, tapi juga tak terlalu tenang. Cukup bisa mendorong kami berempat plus kang Ilham dalam menyelesaikan perjalanan hingga finish.
Sayang ketika finish, hujan turun cukup deras. Perjalanan kami dari titik finish menuju ke titik awal jadi cukup penuh perjuangan, melewati jalan setapak dan kiri kanan pepohonan. Tidak seperti jalur air, hanya dalam setengah jam-an saja sudah sampai ke warung tempat kami memarkirkan kendaraan. Setelah sampai, kami segera bebersih mandi, lucunya meskipun kehujanan tak ada yang merasa kedinginan menggigil atau bersin-bersin. Terutama Vio, suprise banget justru alergi dinginnya tak kambuh sama sekali, apa pengaruh hormon dopamin yang muncul selama kegiatan body rafting ini ya? hihi.
Kami segera duduk dan memesan paket nasi liwet. Entah karena lapar, suasana atau emang enak. Liwet yang kami makan terasa begitu enak, nikmat dan nagih. Ditutup dengan minum kelapa muda langsung dari kelapanya. Senang dan kenyang, hari terindah kami di Pangandaran.
Sore menjelang malam tiba kembali di hotel, setelah bebersih diri sempat rebahan dulu sambil menonton TV. Anak-anak cukup lelah sehingga sempat tertidur. Malamnya, kami sempatkan mengunjungi Kampung Turis yang cukup terkenal untuk mencari makan malam, tak disangka banyak sekali pilihan cafe resto. Tempat duduknya persis di pinggir pantai jadi bisa terdengar jelas deburan ombak saling beradu.
Kampung turis ini akan sangat cocok buat kamu yang seneng nongkrong, walau didominasi oleh anak muda nongkrong. Tapi banyak juga keluarga yang makan malam di sini, di pinggir pantainya bahkan bisa ditemui beberapa penjual mainan, makan malam di sini akan jadi cerita tersendiri. Saya jadi ingat saat kami di Jimbaran dulu, kala mengunjungi Bali untuk pertama kali.
Hari Ketiga
Bangun pagi dan segera sarapan. Ini hari terakhir kami di Pangandaran dan tak ingin kami siakan. Setelah sarapan di hotel, kami segera ke pantai lagi. Rencananya, main pasir sambil menunggu waktu check out saja, saking semangatnya, pukul 8 an kami sudah nangkring di pantai barat, bermain pasir.
Activity Dadakan di Pangandaran
Sedang asik bermain pasir, tiba-tiba seorang Bapak menghampiri kami. Rupanya ia menawarkan menyebrang ke pantai pasir putih menggunakan perahu. Sejenak kami terdiam karena tak ada dalam rencana, tapi kemudian melihat anak – anak dengan rona wajah penuh harap, kami kemudian mengiyakan.
Tak disangka activity dadakan ini begitu menyenangkan, mulai dari naik perahu nya hingga berada menginjakkan kaki di pantai putih bersih dengan kerang-kerang dan batu-batu terumbu karang kecil. Sungguh berbeda sekali dengan pantai yang selama 2 hari belakangan anak-anak lihat. Langsung saja sibuk mencari kerang sambil terkekeh tertawa kala menggali-gali pasir untuk mencari lalu tersapu ombak dan pergi.
Kami di pantai pasir putih tersebut hingga pukul 10.30 an lalu kembali ke hotel, bebersih, dan berkemas pulang.
Rencana Liburan Berikutnya Bareng Traveloka
Liburan bertemu dengan pantai ternyata adalah yang terbaik bagi kami semua. Anak-anak senang, hati mamak pun riang. Tak ada yang salah dari liburan ke Pangandaran tersebut, kecuali bagian activity dadakan yang pasti bakal seru jika direncanakan terlebih dahulu seperti rencana body raftingdi Santirah. Rasanya kami kurang lama di pantai pasir putih, kurang persiapan karena tak membawa minum atau bekal makanan serta tak ada pedagang di sana, sehingga buru-buru pulang.
Yang jelas, saya sudah punya inceran buat rencanakan liburan di Traveloka selanjutnya. Ngeceng banget bisa liburan ke Bali berempat dan main air sepuasnya di sana. Seperti liburan dan perjalanan-perjalanan kami yang biasanya mudah dengan Traveloka, nanti pun semuanya bisa terencana di satu aplikasi saja.
Mulai dari beli tiket pesawat untuk kami berempat, hotel yang asik untuk menginap, hingga Xperience yang ingin kami jajal bersama. Jika sebelumnya sudah membawa Elvira pada laut pertamanya, maka kini pengalaman naik pesawat akan jadi yang pertama bagi keduanya, Elvio dan Elvira. Ahh, tak sabar melihat ekspresi keduanya yang akan kaget saat pertama kali melihat pesawat dari dekat, juga binar-binar matanya kala duduk di dalam pesawatnya. Bali, tunggu kami.
Penutup
Pangandaran adalah liburan terbaik bagi saya dan anak-anak sejak pandemi melanda. Kini setelah dunia tampaknya menuju pulih, senang rasanya bisa memilih. Memilih tempat mana yang kemudian bisa kami datangi dan nikmati, untuk mengukir kenangan bersama keluarga, mumpung anak-anak masih kecil. Kami ingin memberikan memori-memori terbaik untuknya. Pantai Pangandaran barulah 1 hal dibanyaknya belantara pilihan liburan dan destinasi yang belum kami jajal, ingin coba semua dan menikmati indahnya dunia bersama keluarga.
Mari ikuti suara hati kalau soal menyenangkan diri. Dan dari menjalani peran sebagai ibu, mengikuti suara hati adalah jalan ninja yang selalu berhasil dalam sehari-hari. Termasuk itu jika soal liburan, tujulah tempat di mana anak-anak dapat tertawa dengan riang dan kamu pun menikmati setiap keceriaanya dengan hati senang. Gaungkan pilihan untuk #LifeYourWay mulai dari sekarang.