Keponih.com – Saya selalu percaya bahwa diri kita yang sekarang adalah akumulasi dari apa yang sudah kita lalui, pelajari atau temukan. Pun diri kita di masa depan nanti, adalah apa yang kita kita pelajari dan pahami hari ini, hal ini tak lepas dari peran budaya sebagai dasar dan kebiasaan sebagai pola yang kemudian membentuk kita. Hal ini semakin saya yakini setelah menonton IG Live Bincang Mimdan #5 bersama Lil’li Latisha.
Table of Contents
Peran Budaya dalam Proses Menemukan Jati Diri
Kita adalah apa yang kita sering lakukan, apa yang sering kita baca, musik apa yang kita dengarkan, bagaimana kita dibesarkan, bersama siapa kita tumbuh dan bagaimana lingkungan kita berada. Semua saling berkaitan dan membentuk harmoni, bisa dibilang nyaris tak mungkin hanya satu faktor saja yang mempengaruhi kita, ada banyak sekali hal yang kemudian membentuk kita hingga akhirnya menemukan jati diri kita.
Saya senang sekali menonton IG Live Merajut Indonesia pada 30 maret 2022 lalu, Merajut Indonesia sendiri adalah program besutan PANDI dalam meningkatkan literasi terhadap perkembangan digital dan aksara di Indonesia.
IG Live ini dipandu teh Evi Sri Rezeki sebagai host dan bintang tamunya adalah Lil’li Latisha yang merupakan Gen Z dengan prestasi yang sudah segunung untuk usianya. Tema yang dibahas pun begitu menarik, yakni mengenai budaya remixed. Hayo udah pada tau belum tentang budaya remixed ini?
Budaya remixed adalah perpaduan berbagai budaya yang kita ketahui atau terima kemudian termodifikasi dan terpesonalisasi. Sebagai contoh, sama – sama senang menonton Kdrama tapi pengaruhnya pada saya dan teman saya yang juga suka menonton Kdrama akan berbeda, yap karena terpersonalisasi dan termodifikasi. Pada masa ini, kita mengetahui bahwa budaya remix ini digunakan untuk orang untuk berkarya, menyelesaikan pekerjaan bahkan menciptakan pekerjaan, membuat opini atau menjadikannya sebagai identitas.
Peran digital tentu sangat tak bisa dipungkiri, hal tersebut diungkapkan oleh Lil’li dan teh Evi pada sessi IG Live kemarin, arus teknologi yang begitu mudah diakses membuat budaya remix kini semakin digandrungi, lalu bagaimana peran budaya sendiri dalam proses menemukan jati diri, dengan arus teknologi yang deras tadi, mungkinkan kita justru semakin kehilangan diri sendiri?
Salah, karena menurut Lil’li Latisha peran budaya menjadi ciri dasar dirinya yang sekarang. Ia yang berdarah Tionghoa dan tinggal di Indonesia sudah sedari awal mengadopsi sopan santun dalam bersikap dan berperilaku, sehingga tak masalah budaya apapun yang ia pelajari pada akhirnya tetap memiliki ciri sebagai orang Indonesia.
Budaya Remixed dan Jati Diri yang Kaya
Secara tidak sadar bisa saja kita sering berbahasa englisnesia, whehehe apaan tuh? Itu loh bahasa inggris yang dicampur dengan bahasa Indonesia, seperti : “ btw, kamu apa kabar? “ atau “to be honest ya aku dari kemarin ingin makan ini sama kamu bestie” haha seru kan. Menurut Lil’li, kita yang berada di masa sekarang bisa dikatakan memiliki previleged karena bisa mengakses banyak budaya dengan mudah dan biaya yang terjangkau, thanks to technology.
Bicara budaya Indonesia sendiri sudah beranekaragam, orang Jawa dengan Sumatera saja budayanya sudah banyak berbeda, ini pasti terasa oleh kamu yang memiliki orang tua beda suku dan budaya. Nonton teh Evi dan Lil’li yang sharing selama 1 jam sungguh tak terasa saking asiknya menyimak, dan terpesona deh sama prestasi yang sudah diraih oleh Lil’li Latisha pada usia semuda itu.
Merajut Indonesia secara konsisten menyuguhkan perbincangan yang menarik, pembiacaraan budaya yang seringkali terdengar oldskull bisa begitu mengasyikan dari sudut padang Gen-Z.
Kesimpulan
Teryakini bisa jadi belum menemukan jati diri yang sesungguhnya, atau mungkin belum seutuhnya menemukan dan dalam prosesnya tak usah tergesa-gesa. Mempelajari budaya lain bisa jadi membantu kita menemukan jati diri, atau terinspirasi dengan apa yang bisa kita lakukan dan ciptakan. We never know, saya akan mengikuti saran teh Evi dan Lil’li dalam mempelajari banyak budaya. Tak ada yang dirugikan malah kita semakin kaya.
Satu lagi tayangan bincang Mimdan yang menginspirasi saya, Pandi lewat program merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) lagi-lagi menyuguhkan perbincangan asik. Budaya remixed tak dapat ditolak justru harus diterima dan dipahami dengan bijak, tugas saya sebagai Ibu dan sebagai individu dobel rasanya, agar budaya remixed ini pada akhirnya bisa mengantarkan kita pada penemuan jati diri yang semakin bertumbuh di setiap harinya.
Nah Sahabat Keponih, kira-kira budaya remixed apa nih yang kamu tau atau secara tak sadar sering dilakukan?