Keponih.com – Miris memang jika kembali mengingat bencana kekeringan yang melanda beberapa daerah di Indonesia, bagaimana bisa ya ? Kita ini, Indonesia. Negara yang menempati peringkat 4 cadangan air terbanyak di dunia. Tapi inilah kenyataannya, dan beberapa langkah telah dilakukan. Salah satunya menggunakan air hujan untuk air minum. Bagaimana caranya ?
Air untuk Kehidupan
“ Musim penghujan kita kebanjiran, di musim kemarau kita kekeringan “ keluh beberapa orang atau mungkin diri kita sendiri pernah mempertanyakan hal ini. Pada dasarnya ini terjadi karena air tak lagi sama. Cuaca, dan keadaan bumi yang tak lagi sama. Kenapa ? Apa lagi kalau bukan perubahan iklim.
Perubahan iklim bukan hal hal yang 100% alami, karena perubahan iklim terjadi akibat campur tangan manusia. Seperti manusia yang merubah bentang alami, DAS yang rusak, dan terjadinya pola pembangunan demi ekonomi yang jika dilihat, sangat tidak seimbang dengan penyeimbangan alamiah. Bagi masyarakat kota, berapa persen sih masih melihat tanah langsung ? Karena kini kita lebih sering berpijak di atas beton dan semen.
Saya beruntung tinggal di pinggir kota, masyarakatnya tidak menyemen pekarangan. Lebih suka mencabuti rumput liar yang tumbuh bersama anak-anak sebagai kegiatan hari minggu yang menyenangkan. Pemandangan seperti itu, biasa di sini. Dan otomatis, kami pun sekeluarga sering melakukannya. Berkebun, menggugah kesadaran pentingnya tanah, tanaman dan air untuk kehidupan.
Tak ada yang bisa kita lakukan jika suatu hari air hilang atau tak bisa kita gunakan lagi ( jangan sampe sih ya ) karena apa ? Karena air punya siklusnya sendiri, siklus yang alami. Krisis air membentuk sudut pandangan yang berbeda, di atas semuanya kita perlu tau dan menekankan. Kita tak mungkin hidup tanpa air, maka jika air tidak ada. Apa yang bisa kita lakukan ? Cegah, antisipasi dari sekarang.
Saya mendengarkan siaran KBR, yang membahas tentang air untuk kehidupan. Saya senang sekali bisa menyimak sharing dari Cak Purwanto, dari Yayasasan Air kita yang merupakan lembaga non profit yang bergerak di bidang sosialisasi untuk pelestarian air.
Dalam siaran KBR yang saya dengarkan, Cak Purwanto menceritakan mengenai sosialisasi tentang bijak menggunakan air ini dilakukan bersinergi dengan acara keagamaan atau sosial dan budaya. Seperti shalawatan air hujan, yang merupakan kegiatan keagamaan dengan menyematkan sosialiasai bijak menggunakan air lewat kegiatan keagamaan. Ada lagi ritual panen air, yakni pemanenan air hujan dan pemanfataannya untuk air minum.
Di beberapa daerah mungkin ini bukan hal yang biasa, air hujan kok diminum ? Tapi jika kita tau bahwa kualitas air hujan lebih baik dari air tanah. Mungkin kita pun akan segera melakukannya. Di samping itu, menampung air hujan adalah merupakan antisipasi kita menghadapi kekeringan setidaknya sebagai cadangan air bersih untuk kehidupan sehari – hari.
Tips menampung air hujan
- Tampung air hujan 15-20 menit setelah hujan turun agar polutan mengendap dan air yang tertampung bebas polusi
- Gunakan bak penampungan. Penampungan air hujan bisa berupa bak biasa yang diletakan di area terbuka
- Hindari menampung air hujan dari talang air, karena akan turut membawa debu dari talang.
- Membangun RUS ( Rainwater Utilization System ) agar air hujan bisa diminum dan dikonsumsi
- Sebagai tambahan, buat lubang – lubang biopori di sekitar rumah demi membantu air meresap ke tanah
Dikatakan air hujan memiliki kualitas yang lebih baik dari air tanah, mungkin ini karena air tanah saat ini sudah banyak tercemar ya. Bahkan beberapa orang kini lebih nyaman mengkonsumsi air hujan yang sudah di proses sebagai air minum. Langkah penampungan air hujan di bak penampungan juga bisa digunakan untuk kebutuhan sehari – hari di masa kemarau seperti mengepel, mencuci dll.
Saya ikut senang mendengar cerita Cak Purwanto yang menjelaskan tentang gerakan menyuarakan bijak menggunakan air semakin besar bukan tidak mungkin ini akan membentuk paradigma baru dalam menjaga bumi. Hanya saja tentu perlu sinergi dari semua lapisan masyarakat termasuk pemerintah agar ini berhasil.
Yang bisa saya lakukan di rumah memang belum banyak. Saya memasang lubang- lubang biopori, tidak menyemen semua area pekarangan, membiarkan tanah bernapas secara leluasa, membiarkan pohon tumbuh, dan menjalani green lifetsyle dengan mengurangi sampah plastik dan bijak menggunakan air.
Kamu gimana ? Sudah melakukan apa untuk mempertahankan air bagi kehidupan dan bergerak memperlambat laju perubahan iklim. Bagi juga ceritanya yuk !
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.