Prajurit Literasi Digital, Garda Depan Keluarga Anti Hoax

Keponih.com – Tahun 2020 harus diakui menjadi tahun yang cukup kelam, dan ngerinya, dialami oleh semua orang dari semua lapisan masyarakat. Dunia terjangkit sebuah wabah yang dampaknya bukan hanya kepada kesehatan tapi juga ekonomi. Sayangnya solusi untuk menghadapi kondisi ini bukan hanya pengobatan tapi juga menjauhkan interaksi antar manusia secara langsung. Kemudian semua bertumpu pada dunia literasi digital.

Namun selalu akan ada terang di ujung terowongan yang gelap. Selalu ada hikmah dari sebuah kejadian buruk. Dikutip dari apa yang dikatakan oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Corbuzier’s podcast. Bahwa di tengah impitan pandemi ini, ada beberapa hal yang positif yang timbul, salah satunya adalah meningkatnya dunia literasi digital.

Hampir semua aspek kehidupan kita dialihkan dari dunia nyata ke digital, semua serba daring. Belajar online, pesen makan online, hiburan online, sementara untuk urusan kamar mandi masih offline.

Termasuk juga update berita soal pandemi. Media penyampaian berita bukan hanya melalui televisi atau radio. Tapi juga ada melalu gawai yang bisa dipegang hanya dengan sebelah tangan. Dan seringkali lebih cepat datangnya berita dibanding media konvensional.

Baca juga : Fenomena Virus Corona dan Kemajuan Teknologi 

Masalahnya sekarang adalah, jumlah. Jumlah berita mengenai pandemi ini sangat banyak, tidak mungkin dihitung pake sempoa. Dan tidak semua berita itu benar, banyak juga berita yang bersifat menyesatkan, berita negatif, dan berita bohong, yang popular disebut dengan berita hoax. Dan berita hoax ini sangat banyak, sangat masif, tidak bisa dibendung. Di sinilah peran literasi digital diperlukan.

Table of Contents

Pengertian Literasi Digital

membaca adalah cara terbaik menangkal hoax
Literasi Digital kaum milenial

Apa sih literasi digital itu? Dilansir dari kompas.com pengertiannya adalah, “Literasi digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.”

Kalau kita sederhanakan jadi begini, dalam lingkup kecil, LITERASI berdasarkan definisi dari beberapa ahli adalah kemampuan membaca, menulis, dan menyaring informasi. Kita tarik sedikit lebih jauh, LITERASI adalah kemampuan memahami, melibati, menggunakan, menganalisis dan mentransformasi teks. Membaca dan menulis adalah kunci sebagai dasar literasi. Dan medianya berbentuk digital yaitu internet sebagai sumber informasi.

Semua orang bisa menulis apa pun untuk disebar di internet. Termasuk berita bohong. Nah, berita bohong ini seringkali mempengaruhi pikiran kita dan acapkali membuat kita khawatir, ini mengakibatkan lemahnya imunitas tubuh kita.

Pertanyaannya, bagaimana melindungi orang-orang sekitar kita dari berita bohong? Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kuncinya adalah membaca. Membaca apa? Membaca semua informasi yang ada dalam jangkauan. Contohnya bagaimana?

Misalnya soal berita wabah. Kita tentu ingin tahu apa sih wabah ini? Mana sumber berita yang valid? Ini yang harus dicari. Ini contoh kasus sehari-hari.

Menjadi Prajurit Literasi Digital, Garda Depan Keluarga Anti Hoax

garda depan anti hoax

Tidak seperti generasi milenial yang masih aktif, seringkali para orangtua hanya mendapatkan informasi dari WAG atau WhatssApp Group. Dan biasanya sebagai orang berusia lanjut yang tentunya rentan terhadap wabah, setiap mendapat informasi langsung cemas, was-was, dan ketar-ketir. Apalagi ketika informasi yang diterima selalu menggunakan kalimat-kalimat yang bombastis dan menggemparkan, padahal kondisinya tidak seperti itu.

Ketika para orangtua menerima informasi tersebut, dan kemudian merasa was-was, tentunya harus ditenangkan. Terima informasi dari mereka dengan kepala dingin. Supaya para orangtua bisa ikut tenang. Begitu juga Ketika anak-anak menerima informasi dari kawan-kawannya, mereka belum bisa mengerti benar tentang informasi tersebut. Tugas kitalah menjadi prajurit literasi digital, garda depan keluarga anti hoax. Selanjutnya lawanlah informasi hoax tersebut menggunakan informasi yang benar.

Cara Mendapatkan Informasi yang Benar di Literasi Digital

Bagaimana caranya mendapatkan informasi yang benar? Dengan literasi digital. Langkahnya apa? Sebenarnya cukup sederhana.

• Langkah pertama. Baca informasi yang diterima dari grup atau sumber internet lain tersebut, baca dari awal sampai akhir. Sepanjang apa pun informasi itu, bacalah dengan teliti. Sekonyol atau semengerikan apa pun informasi itu. Agar kita bisa memilih dan memilah sumber yang tepat untuk meluruskan informasi tersebut.

• Langkah kedua. Cross check informasi tersebut di internet, karena semua portal berita sudah tersedia dalam bentuk digital. Nah, masalahnya informasi yang tersedia itu sangat banyak. Bisa dibilang tidak terbatas jumlahnya. Maka lanjutkan ke langkah selanjutnya.

• Langkah ketiga. Saring beritanya. Bagaimana cara menyaringnya? Lihat sumbernya. Apakah situs resmi? Apakah hanya postingan pribadi? Bukan berarti mengesampingkan sumber dari pribadi orang per orang. Tapi tentunya dalam membuat sebuah berita itu ada pakem-pakemnya, ada patokannya, ada etikanya. Jadi seharusnya berita yang dilansir dari situs resmi lebih bisa dipertanggungjawabkan karena memiliki dasar-dasar etika jurnalistik.

Baca juga : Keuntungan Menggunakan Domain TLD/Berbayar

• Langkah keempat. Ini yang paling dasar tapi yang paling penting. BACA! Apa yang dibaca? Semua! Dari mulai judul sampai kalimat terakhir di berita tersebut. Ini yang jadi masalah.

• Langkah kelima. Mencari perbandingan informasi dari sumber lain seperti buku. Buku nonfiksi juga jurnal lebih dapat dipercaya keabsahan kebenaran informasinya.

Banyak orang yang hanya membaca judul dan menyimpulkan isinya tanpa membaca secara keseluruhan. Inilah yang selalu menjadi sumber penyesatan. Hal ini tidak boleh dilakukan, karena jika yang dibaca hanya judulnya saja dan langsung menyimpulkan isinya, maka itu adalah sebuah kesalahan besar.
Bisa saja informasi yang akurat, informasi yang benar, informasi yang dibutuhkan, informasi yang akan meluruskan kesalahpahaman ada di paragraf pertama, kedua, atau terakhir. Kalau yang dibaca judulnya saja, maka tujuan untuk mendapatkan informasi yang benar tidak akan tercapai.

Hoax ini menjadi musuh kita bersama. Kebohongan atau informasi menyesatkan dapat berimbas besar. Kita semua tanpa terkecuali bisa mengambil peran dalam pertempuran akbar ini sesuai dengan porsi dan kemampuan kita. Maka menjadi prajurit dunia literasi digital sebetulnya merupakan tindakan untuk melindungi keluarga atau lingkungan lain. Inilah yang dimaksud sebagai garda depan keluarga anti hoax.

Di tengah badai informasi digital, jangan berkecil hati. Kita bisa menjaga ruang lingkup yang paling kecil di sekitar kita. Keluarga kita. Caranya? Seperti langkah yang disebutkan di atas. Ruang lingkupnya memang kecil, tapi ini sangat krusial. Walaupun hanya ada satu informasi menyesatkan, tapi kita tidak tahu dampaknya seperti apa. Seperti bola salju yang bergulir.

Pengguna internet di negara kita sekitar 170 juta orang, dengan rentang usia 15-34 tahun. 170 juta, bayangkan masing-masing membuat berita, artinya ada 170 juta berita. Para orangtua dan anak-anak pasti akan bingung membaca begitu banyak berita. Tapi bagi generasi yang disebut generasi milenial, masih punya kemampuan untuk membaca. Yang dibutuhkan adalah kemauan.

Berat? Memang berat. Tapi inilah proses, toh manusia tidak langsung berlari ketika dilahirkan, tapi berproses. Merangkak, berjalan, baru berlari. Mulai dari hal yang kecil, mulai dari lingkunan yang kecil, mulai dari langkah yang sederhana. Dengan mendapatkan dan menyebarkan informasi yang benar, maka kita sudah berkontribusi untuk keselamatan diri kita, keluaarga, bangsa dan negara.

Kita semua tanpa terkecuali bisa menjadi pahlawan dengan menjadi generasi yang cerdas. Yuk, kita bertekad menjadi prajurit literasi digital, garda terdepan anti hoax.

1 thought on “Prajurit Literasi Digital, Garda Depan Keluarga Anti Hoax

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *